Rabu, 23 Januari 2013

Matahari telah sampai diujung barat samudera. Sinarnya redup terbias
gelombang waktu, perlahan tenggelam meninggalkan jingga di kedua
pipimu yang malu
malu.

Senin, 07 Januari 2013

untukmu rindu, Ayah. Debur ombak disamudra raya dan kelepak camar kala
senja, tak lagi denganmu aku kayuh sampan harapan kita.
hal tersulit dalam hidupku, ialah aku tak pernah menemukan jalan menuju hatimu.
Jika saja ragu akan kesetiaanku, puan. Tanyakan saja pada senja,
bersamanya aku pernah menanti kepulangan. Majalengka, Januari 2013
untukmu SENJA, puan. bersamanya aku pernah duduk dan bercerita,
tentang indahnya telaga -- dimatamu. Majalengka Januari 2013
detik detik pertama melangkah tanpamu, Sri Dewi Maharani. seperti
pergantian tahun tanpa gemerlap pesta kembang api. Majalengka, 1
Januari 2013
tak ada yang lebih istimewa dari riuh pesta Tahun Baru, selain duduk
berdampingan denganmu. Majalengka 31 Desember 2012
tegarkan hatimu, kekasih; seperti waktu yang tak pernah mengeluh pada
musim, detiknya tetap berdetak dalam sunyi pekat malam.
Majalengka 2012
meluluhkan hatimu, ev; aku belajar pada sang ombak, ia tak pernah
menyerah menghantam kokoh karang.
Majalengka, 2012
tetaplah berbaik sangka, puan; seperti karang yang tak pernah membenci
ombak, sekalipun badai menghantamnya.
Majalengka, 2012
langkah tegap pria bertelanjang kaki, diantara rimbun embun cahaya
pagi. menuju ladang tempat ia mengenyam sesuap
nasi. Majalengka 2012
di pertengahan musim dingin, padi yang belum menguning. Sesuap nasi,
harga mati kaum buruh ladang.